Komunitas Nalar Budaya Ngawi Sukses Bedah Bincang Buku Novel Biografi

Komunitas Nalar Budaya Ngawi Sukses Bedah Bincang Buku Novel Biografi
Narasumber Komunitas Nalar Budaya Ngawi.

NGAWI - Komunitas Nalar Budaya memiliki perhatian pada persoalan-persoalan budaya. Berfokus pada kegiatan menggerakan aktivitas literasi  (kepenulisan sastra maupun non sastra). 

Kegiatannya berupa penerbitan buku sastra/sosial budaya, kajian buku, diskusi sastra, launching buku, kajian budaya, kajian seni, pameran seni - budaya dan sebagainya. 

Komunitas Nalar Budaya Ngawi berdiri pada tanggal 11 Maret 2022 atas prakarsa Tjahyono Widijanto, Budi Hantara, Sriyanto dan Sugeng Susanto. Walaupun baru berdiri sudah menunjukkan karya nyata di bidang literasi. 

Setelah menggelar gayeng-gayengan budaya bertajuk "Ngobrol Kisah-kisah di Balik Kopi; Dari Ngopi Hingga Literasi, pada hari ini Minggu 30 April 2023 sukses menyelenggarakan Bedah Bincang Buku Novel Biografi. 

Kegiatan berlangsung di Rumah Makan Notosuman, Jl. Raya Solo-Ngawi Km 4, Watualang, Ngawi. Peserta yang berjumlah sekitar seratus orang tidak hanya datang dari kota Ngawi, tetapi dari berbagai kota. Di antaranya dari Jakarta, Semarang dan Surabaya. 

Mereka sangat antusias mengikuti kgiatan Bedah Bincang Buku Novel Biografi yang dipandu oleh Uci Fuadhiyah, M.Pd. Tampil pada kesempatan itu sederet tokoh hebat seperti Dr. Tjahjono Widijanto, M.Pd, sebagai pembedah, Dr. Tito Setyo Budi, M.Si. sebagai editor buku, Oesodo Hadidjojosaputro, S.Sos sebagai penulis buku dan Prof. Dr. Rahmanu Widayat, M.Sn. sebagai narasumber. 

Perbicangan berlangsung sangat menarik. Namun, ada satu hal paling penting dari novel bigrafi Meraih Asa Tanpa Putus Asa yang ditulis oleh Oesodo Hadidjojosaputro, S.Sos.  

Menurut Dr. Tjahjono Widijanto, M.Pd. sebagai pembedah. Satu hal paling penting yang dapat saya tangkap dalam novel ini, yakni novel ini sebenarnya mengusung spirit utama kebijaksanaan Jawa, bahwa puncak kebijaksanaan Jawa adalah wikan sangkan paraning dumadi.

Novel ini merupakan pengejawantahan sikap seorang sosok Oesodo bahwa novel ini merupakan penegasannya sebagai orang Jawa yang selamanya akan menyadari asal mula keberadaannya, seorang yang tidak akan mengaburkan dan melupakan identitasnya, setinggi-tingginya bangau terbang dia harus menyadari bahwa dia berasal dari bawah bukan dari langit.

Di era global ini,  meminjam istilah Gidden, jagat boleh lari tunggang langgang (run way a world) kita harus tetap wikan sangkan paraning dumadi. 

Meskipun sudah banyak yang diungkap melalui novel ini, namun masih banyak hal yang belum terurai, terutama terkait dengan pengalaman tugas-tugas jurnlistik sang tokoh, serta pandangan personal tokoh sebagai seorang bapak, seorang pengusaha, mantan wartawan. 

Untuk itulah kita berdiskusi dalam acara yang hangat ini. Demikian Dr. Tjahjono Widijanto, M.Pd., sastrawan dan budayawan Ngawi itu mengakhiri ulasannya. Semoga setelah kegiatan ini dunia literasi di Ngawi lebih semarak.