Tiap Tahun Lahirkan Enam Ribu Pendekar, Publik Khawatir PSHT Ngawi Bak Macan Tidur
NGAWI - Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Ngawi berkembang sangat pesat. Setiap tahun, organisasi terbesar di dunia yang lahir dan berpusat di Madiun ini mengesahkan rata-rata enam ribu warga baru setiap tahunnya.
Tak pelak, masyarakat Kabupaten Ngawi pun mengkhawatirkan apabila seluruh anggota atau pendekar PSHT turun ke jalan, karena suatu sebab musabab, aparat penjaga keamanan, tokoh masyarakat dan pemangku wilayah harus memperhitungkan soal kondusifitas Kabupaten Ngawi.
Masyarakat menilai, PSHT di Ngawi saat ini seperti Macan yang sedang tidur, enggan menunjukkan kekuatan besar, justru setiap beredar isu gesekan dengan oknum organisasi lain, satu sama lain saling mengingatkan, seperti ajaran organisasinya saling Asah, Asih dan Asuh.
Kendati begitu, publik tak menampik bahwa PSHT di Ngawi saat ini menunjukkan kedewasaannya dalam berorganisasi, selalu mengikuti dan tunduk kepada arahan ketua cabang, fokus membantu masyarakat dalam kegiatan sosial hingga mencetak atlit-atlit berprestasi.
Seperti akhir-akhir ini yang berseliweran di media sosial, bahwa larangan PSHT di Ngawi menggelar tasyakuran warga baru, larangan konvoi hingga penyerangan kantor cabang padepokan PSHT pun menjadi isu yang tak pernah berhenti dibahas.
Namun demikian, ajaran persaudaraan di tubuh organisasi itu sangat kuat, WARGA PSHT (sebutan anggota PSHT) selalu tunduk dan menjalankan perintah organisasi dalam hal ini adalah ketua cabang sebagai pucuk pimpinan wilayah.
Bidang hukum PSHT Kabupaten Ngawi, Aswan Hadi Najamuddin saat dikonfirmasi awak media mengatakan, perihal soal berbagai peristiwa hukum yang menyangkut organisasi, pihaknya meminta anggota PSHT Ngawi agar menyerahkan semua kasus ditangani oleh lembaga hukum PSHT.
"Agar tidak terpancing ke ranah hukum, semua masalah serahkan ke lembaga hukum yang sudah ditunjuk. Semua harus bisa menahan, saling mengingatkan, jangan terpancing, organisasi kita sangat besar, mungkin banyak yang iri atau sengaja membuat keributan," kata Najam, Minggu (4/8/2024).
"Soal penyerangan padepokan sudah selesai, tak usah berlarut-larut toh tidak ada kerusakan. Namun demikian, ini sebagai warning saja, mari ciptakan kedamaian ini juga pesan yang terus disampaikan dari ketua cabang. Lalu soal pelarangan konvoi, kita juga tidak perlu iri, walaupun juga itu terlihat dianggap tidak adil," ungkap Najam.