Penantian Panjang Warga Sidolaju Ngawi Miliki Jembatan Akhirnya Terwujud
NGAWI - Penantian panjang warga Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, untuk memiliki jembatan akhirnya terwujud. Guna memenuhi kebutuhan hidup, 2.500 kepala keluarga di desa tersebut kini tak lagi menggunakan perahu kayu untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo. Pasalnya, jembatan itu kini sedang dibangun.
Budi warga setempat yang kesehariannya bekerja sebagai sales sepeda motor, sebelumya setiap hari ia harus menyeberangi Sungai Bengawan Solo. Tak peduli situasi arus sungai cukup deras, ia terpaksa harus menggunakan perahu untuk menuju tempat kerjanya di Ngawi Kota.
Menurut Budi, jika tidak menggunakan perahu untuk menyeberang, ia harus memutar balik namun memakan waktu hingga 3 jam yang harus ia tempuh untuk mencapai tempat kerjanya. Tetapi jika menggunakan perahu cukup butuh 30 menit untuk mencapai tujuannya.
Budi dan warga lain pun mengaku nyawanya terancam saat kondisi arus Sungai Bengawan Solo sangat deras, perahu yang kondisinya sudah tua nekat ia gunakan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
"Demi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup, terpaksa harus menggunakan perahu untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo. Tidak hanya saya, warga Sidolaju semua lewat sungai ini, tak terkecuali anak-anak sekolah," cerita Budi saat diwawancarai Suara Ngawi, Selasa (29/10/2024).
"Kini kami tak khawatir lagi, soalnya jembatan sudah dibangun, ini merupakan hal spesial buat warga Sidolaju, bertahun-tahun kami menunggu jembatan ini. Terima kasih Bupati Ngawi Mas Ony," ucap Budi mewakili warga Sidolaju.
Terpisah, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Ngawi telah membangun jembatan yang membelah Sungai Bengawan Solo senilai Rp 10,27 miliar dengan lebar 4 meter dan panjang 120 meter.
"Pembangunan jembatan direncanakan selesai akhir Desember. Semoga cuaca terus membaik sehingga pekerjaan bisa lebih cepat terselesaikan," kata Kepala Dinas PUPR Ngawi, Mohammad Sadeli.
Meski anggaran awal pembangunan jembatan tersebut membengkak, namun menurut Sadeli kendala itu bisa teratasi melalui mekanisme adendum.
"Nilai kontrak semula Rp 9,94 miliar setelah adendum menjadi Rp 10,27 ada tambahan anggaran Rp 320 juta," ungkap Sadeli.