Seminar Parenting Komite, MI Creative Al Islam Pehnangka Ngawi Hadirkan Anak Pemulung Mampu Kuliah hingga S2 di UGM Yogyakarta

NGAWI - Madrasah Ibtidaiyah (MI) Creative Al Islam Pehnangka di Kabupaten Ngawi menggelar seminar parenting komite sekolah tahun 2024. Seminar yang digelar pada Selasa 19 November 2024 lalu di Aula madrasah setempat dihadiri seluruh keluarga besar MI Creative Al Islam beserta seluruh wali murid.
Seminar bertemakan "Merubah Mindset Terhadap Masa Depan Anak' menghadirkan salah satu pemuda yang sedang viral di Yayasan Perguruan Al-Islam Pehnangka. Yakni adalah Komite Madrasah Ibtidaiyah Al-Islam Pehnangka sosok fenomenal saat ini Alfin Dwi Novemyanto.
Pemuda bergelar sarjana hukum tersebut merupakan anak dari ibu Warsiti seorang pemulung dari Sragen, Jawa Tengah. Akrab dipanggil Alfin, dalam seminar itu ia berbagi tips menuju sukses dalam pendidikan.
Dalam seminar tersebut, Alfin hadir dengan sang ibunda. Pemuda yang baru saja meraih beasiswa S2 UGM Yogjakarta dari LPDP Kementerian Keuangan RI itu berbagi cerita dan pengalamannya dihadapan ratusan wali murid. Tak jauh dari perjalanan hidupnya, Alfin bicara soal tips pemulung mendidik anak.
Dalam motivasinya untuk orangtua dan pelajar tersebut Alfin mengatakan bahwa menuntut ilmu itu penting. “Ilmu akan menjadi harta saat kita miskin dan akan menjadi perhiasan saat kita kaya,” kata Alfin.
"Tidak ada satupun situasi yang kita alami yang tidak membutuhkan ilmu untuk menghadapi dan menjalaninya," imbuhnya.
Alfin juga menceritakan masa kecilnya yang penuh dengan perjuangan dalam belajar dan sekolah. Banyak sekali keterbatasan yang harus dihadapinya. Mulai dari keterbatasan fasilitas seperti buku, seragam dan transportasi. Pun ketika beranjak remaja saat sekolah di smp dan sma.
Kendala ketersediaan android dan paket data juga kadang mengujinya. Belum lagi adanya kendala tekanan mental dari orang-orang di sekitarnya. Cibiran, cercaan dan hinaan dari orang lain sering ia terima. Namun semua itu dia hadapi dengan kesabaran dan keikhlasan.
“Ketika berhadapan dengan halangan atau rintangan, hadapi saja dengan sabar, ikhlas dan selalu bersyukur,” ungkapnya.
Selanjutnya Alfin yang memiliki segudang prestasi itu juga mengapresiasi peran gurunya. Motivasi terbesarnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi adalah datang dari gurunya. Sang guru sampai datang ke gubugnya untuk memberikan motivasi agar kuliah.
“Kata guru saya, saya ini pinter dan sebaiknya kuliah,” kelakarnya disambut tepuk tangan hadirin.
“Sampai kapanpun saya tak akan lupa dengan beliau dan semua guru saya,” ucap Alfin menambahkan.
Pada sesi berikutnya, tampillah sosok penting dalam hidup dan perjalanan studinya. Wanita separuh baya nan lugu itu bernama Warsiti. Beliau tak lain merupakan ibunda Alfin yang berprofesi sebagai pemulung. Kepolosan bu Warsiti dalam menjawab pertanyaan moderator membuat udience berkaca-kaca. Tak sedikit pula yang berulang kali mengusap air mata mendengar ceritanya.
“Ketika Alfin memutuskan untuk kuliah. Tak sedikit orang yang meremehkan, mencemooh bahkan menghina saya,” ujar Warsiti.
“Kowe opo kuat ngragati, kuliah ki biayane akeh, (kamu apa mampu, kuliah itu biayanya banyak),” cerita Warsiti sambil meneteskan air mata.
Kalimat bernada merendahkannya itu terdengar berkali-kali dari orang yang berbeda-beda.
“Kulo sakjane gih ragu-ragu. Wong kadang lare-lare niku mawon kulo sukani maem saking tempat sampah engkang kulo resiki, Namung karepe Alfin sampun bulat. Kulo gih mboten wantun menging. Mesakne. (sebetulnya saya juga ragu, untuk makan saja anak-anak saya hasil dari mulung, kadang sisa orang hasil mulung yang masih bisa di makan, tapi niat Alfin sudah bulat, saya tidak berani menolak,” tutur Warsiti.
Bu Warsiti yang sempat tinggal di bedeng pinggir rel kereta api itupun lalu menceritakan masa-masa sulitnya yang menguras airmata audience.
“Penghasilan saya dari memulung itu kisaran 40 ribu sehari. Itupun belum pasti. Saking hasil niku, kulo mekso nabung sedoso ewu kangge biaya sekolahipun Alfin, (Dari hasil mulung saya sisihkan Rp 10 ribu untuk biaya kuliah Alfin),” lagi-lagi bu warsiti bercerita dalam bahasa jawa.
Wanita itupun sempat memberikan tips agar orangtua tidak lupa memohon dan berdoa kepada Allah. “Setiap pukul 12 malam saya selalu salat tahajud berdoa untuk anak-anak saya," tutup Warsiti.
Di akhir seminar itu, Alfin berpesan agar anak diberi keleluasaan menentukan pilihan. Tugas orangtua sebaiknya sekedar sharing dan memberikan pertimbangan. Bukan memutus cita-cita anak. Apalagi mematahkan semangatnya. Sedangkan bu Warsiti berpesan agar tidak mudah putus asa dalam membesarkan anak-anak.
Sementara dalam acara parenting itu Bambang Sujoko selaku Ketua Komite mengatakan, bahwa acara ini diselenggarakan dalam rangka menjalin kerjasama antara madrasah, orangtua dan masyarakat untuk terus memberikan dan meningkatkan layanan terbaik pendidikan anak.
“Terimakasih kepada mas Alfin dan bu Warsiti. Disela-sela kesibukannya melayani media televisi masih menyempatkan hadir di Yayasan Perguruan Al-Islam Pehnangka. Semoga acara ini benar-benar manfaat untuk semua," ucapnya.
Sementara Yayuk Sri Rahayu yang memberikan sambutan yayasan menyampaikan, bahwa ibu adalah sekolahnya anak. Karena itu, orangtua khususnya ibu harus memberikan keteladanan terhadap anaknya.
Hal lain dikatakan Pengawas Madrasah Kementerian Agama Laelatun Nafi’ah mengatakan, bahwa parenting adalah kegiatan penting dalam rangka mendukung perkembangan pendidikan secara optimal.
"Formula mendidik dan mengasuh anak harus selaras serasi seimbang antara madrasah, orangtua dan masyarakat," singkat pesan Laelatun Nafi'ah.
Di akhir acara, sebagai clossing statement Hidayaturrizqon selaku Kepala Madrasah menyitir ayat Alqur’an “Alloh tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaannya mereka sendiri,” katanya.
“Mari bersama-sama mengasuh, mendidik dan mensukseskan masa depan anak” tutupnya.