Mahasiswi Unisri Surakarta Gelar KKN di Ngawi Sosialisasikan Manfaat Pemberdayaan Obat Keluarga

Mahasiswi Unisri Surakarta Gelar KKN di Ngawi Sosialisasikan Manfaat Pemberdayaan Obat Keluarga
Arfani Nindya Prihaningsih, Mahasiswi Universitas Slamet Riyadi Surakarta saat memberikan penjelasan dalam kegiatan KKN-T di Ngawi, Jawa Timur pada, Rabu (18/8/2021). Foto: suarangawi.com

NGAWI - Arfani Nindya Prihaningsih (20), Mahasiswi dari Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta dengan dosen pembimbing Dr. Shinta Rukmi B, SH.MHum melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) dengan mensosialisasikan tentang manfaat tanaman obat keluarga atau biasa dikenal dengan sebutan apotik hidup.

Bertempat di Pendopo Joglo pribadi milik wakil Bupati Ngawi di Desa Semen, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. Dengan displin protokol kesehatan sekitar 15 orang warga di sekitaran desa tersebut nampak antusias mengikuti penjelasan sosiaslisasi dari mahasiswi yang akrab dengan panggilan nama Fani.

"Saya mengambil tema sosialisasi pemberdayaan tanaman obat keluarga, karena menurut saya ini sangat relevan dengan keadaan sekarang, dimana kesehatan sangat menjadi perhatian masyarakat. Terlebih saat ini negara sedang bahu membahu menanggulangi penyakit, yaitu virus Covid-19," ujar Fani kepada suarangawi.com pada, Rabu (18/8/2021).

Mahasiswi semester 6 tersebut mengatakan, tanaman yang ada di sekitar kita bisa dibudidayakan sebagai obat tradisional, namun dikatakan Fani, meramu obat tradisional harus tetap mengacu pada aturan pemerintah.

"Jadi tanaman obat keluarga (TOGA) yang berasal dari budidaya rumahan sebagian ada yang berkhasiat sebagai obat, namun harus tetap mengacu kepada aturan pemerintah seperti, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)," katanya.

Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) disela-sela saat melakukan sosialisasi menjelaskan, ada 9 jenis tanaman yang sudah melalui uji klinik oleh BPOM yang bisa digunakan sebagai obat.

"Jadi menurut BPOM ada 9 yang sudah melalui uji klinik, dan sudah diteliti secara komprehensif, mulai ekstrasi dan standarisasinya," jelas Fani.

"Kesembilan tanaman tersebut adalah, Sambiloto, Jambu biji, Jati belanda, Cabe jawa, Temulawak, Jahe merah, Kunyit, Mengkudu dan Salam," terangnya.

Dengan detail Fani juga menerangkan, bahwa beberapa budidaya tanaman yang bisa dijadikan obat, hanya diambil beberapa bagiannya saja.

"Tidak semua jenis tanaman yang bisa dijadikan obat diambil semuanya, akan tetapi hanya beberapa bagiannya saja. Seperti, hanya diambil daunnya saja, atau akarnya,", pungkasnya.

Warga yang nampak hadir dari ibu rumah tangga hingga ada beberapa perangkat desa dalam KKN-T sosialisasi pemberdayaan tanaman obat keluarga sangat mengapresiasi kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat dari mahasiswi Unisri tersebut.

"Ini sangat bermanfaat bagi kami. Kami juga diberi selebaran materi sosialisasi ini dan akan kami lakukan getok tular ke warga lain. Tentu materi tentang budidaya obat tanaman ini sangat membantu kami, ternyata bisa dijadikan sebagai obat, terlebih situasi seperti saat ini kesehatan sangat menjadi perhatian," ungkap Suparno warga setempat.

Kegiatan KKN-T sosialisasi pemberdayaan tanaman obat keluarga terlihat berjalan dengan lancar, berdurasi 1,5 jam, dimulai pukul 16.00 WIB, nampak warga aktif bertanya mengenai jenis-jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai obat.